Spekulasi mengenai pengganti pelatih Chelsea masih terus berkembang,
beberapa nama dikait-kaitkan dan tak sedikit yang segera membantah. Di
Matteo yang mempersembahkan dua gelar bergengsi, Piala FA dan Liga
Champions, tampaknya belum cukup memuaskan pemilik tunggal Chelsea.
Banyak yang bisa mencetak sejarah klub, tetapi melakukannya dengan
menumbangkan Bayern Muenchen di Fusball Arena, kandangnya sendiri, jelas
bukan perkara biasa. Apalagi melalui adu penalti yang menjadi karakter
kemenangan tim-tim sepak bola asal Jerman.
Kejelian Roberto Di Matteo dalam menentukan eksekutor adu penalti saja
sudah membuat kejutan. Nama seperti Fernando Torres yang dikira publik
dan lawan sebagai eksekutor tetap bahkan tidak dimasukkan dalam daftar
lima penendang awal. Bahkan, penendang keenam yang disiapkan adalah bek
Gary Cahill. Namun, Di Matteo berhasil membuktikan segala macam
taktiknya dengan membawa pulang "The Big Ears" ke Stamford Bridge.
Sayangnya, statusnya di Stamford Bridge masih digantung oleh pemilik
klub, Roman Abramovich, dan Presiden Chelsea, Bruce Buck. Siapa pun
pelatih baru nanti, paling tidak, Di Matteo sudah menetapkan standar
yang tinggi untuk perjalanan "The Blues" ke depannya.
Pelatih baru jelas akan menghadapi tugas berat. Dominic Fifield,
kolumnis senior The Guardian, mencatat sejumlah hal yang harus dilakukan
oleh pelatih Chelsea musim depan.
1. Menguasai jalur diplomasi
Pemain Chelsea seperti Frank Lampard, John Terry, dan Didier Drogba
merupakan pemain senior di tubuh Chelsea. Apa pun yang diucapkannya
hampir selalu diamini oleh seluruh suporter Chelsea di seantero jagat.
Tentu bisa berbahaya jika pelatih tak bisa membatasinya karena
berpotensi merusak harmonisasi tim. Andre Villas-Boas gagal total
melakukannya. Pemain kalem seperti Frank Lampard saja sampai gerah
berada di London dan mengatakan tertarik bergabung dengan AC Milan saat
itu.
Berbeda dengan AVB, Di Matteo sukses melakukannya. Di masa AVB, semua
serba tegang dan jarak pemain dan pelatih yang terlampau jauh sehingga
membuat pemain tidak bisa menunjukkan performa terbaiknya dan terperosok
ke luar zona Liga Champions. Di Matteo memperbaikinya dengan membawa
kesederhanaan dan kejelasan dalam berkomunikasi serta selalu memberi
alasan dalam setiap keputusan yang diambil. Oleh karena itu, pemain bisa
menerima dengan lapang dada dan mendukung apa pun yang diucapkan Di
Matteo.
2. Meredakan letupan emosi dalam skuad
Pemain tua yang tergelincir dari tim inti dan sudah lama tak bermain
sulit kembali ke performa terbaik mereka. Pemain sekelas Salomon Kalou
belum juga mendapat perpanjangan kontrak yang akan segera habis,
sementara Michael Essien tidak lagi sehebat di era kepemimpinan Mourinho
sejak diterpa cedera lutut. Meireles yang merupakan anak kesayangan AVB
juga akan segera habis masa kejayaannya. Sementara itu, pemain muda
berbakat Chelsea semakin berkembang dan membutuhkan jam terbang bersama
tim utama. Josh McEarchan, Romelu Lukaku, dan Oreul Romeu yang kesulitan
menembus skuad inti Chelsea mulai mencari klub baru yang memberinya
jaminan akan memiliki jam terbang yang lebih banyak.
Baik pemain senior maupun yunior tim merupakan pemain berkelas. Jika
disia-siakan sebentar saja, banyak klub yang akan berebut mendapatkan
pemain-pemain ini. Tugas pelatih baru Chelsea adalah mengakomodasi dan
mengatur arus masuk keluar pemain yang dibutuhkan oleh Chelsea pada
musim-musim depan.
3. Membuktikan Chelsea tetap hebat tanpa Drogba
Drogba sudah menegaskan bahwa dirinya tak akan bersama Chelsea lagi
musim depan setelah menjuarai Liga Champions akhir pekan lalu. Padahal,
pola Cech-Terry-Lampard-Drogba terbukti membawa Chelsea sukses
sebelumnya. Tugas pelatih anyar nanti tentunya menemukan pola baru atau
paling tidak menemukan sosok galak di mulut gawang lawan.
No comments:
Post a Comment